RAMDAN46 - Bagi sobat yang belum tahu tentang hal ini, pada artikel ini saya akan membahas secara tuntntas tentang Alasan Mengapa Google Benci Microsoft Banyak komentar yang menyalahkan Google mengapa raksasa Search Engine ini begitu “malas” membuatkan aplikasi untuk Microsoft, sehingga memungkinkan pengguna Windows Phone mengakses layanan Google seperti Google Translate, Gmail, YouTube, Google Drive, dan sebagainya dengan mudah. Seperti halnya tujuan Microsoft “melepaskan” semua keunggulannya ke semua Platform yang berorientasi bisnis, “kebencian” Google juga murni bersifat bisnis.
Dari diskusi yang saya ikuti di beberapa portal lain, serta atas peran seorang user berkode nama Rikikrik di sana, saya memperoleh banyak pencerahan tentang penyebab Google tampak begitu membenci Microsoft sehingga menghambat layanan miliknya untuk digunakan Microsoft, terutama untuk Windows Phone. Alasan-alasan tersebut akan diulas dalam dua artikel karena cukup panjang dan melibatkan konspirasi serta strategi bisnis yang luar biasa.
Ini Dia Alasannya :
#1. Google Tidak Melisensikan Android dan Aplikasi Milik Google sementara Microsoft Menagih “Biaya Hak Cipta” untuk Paten yang Digunakan Android
Seperti yang kita ketahui bersama, keuntungan terbesar Google adalah dari iklan. Untuk mendapatkan keuntungan yang signifikan, harus banyak orang mengakses produk-produk Google. Ini menjadikan Google mengambil langkah berani dengan “menggratiskan” banyak produk utama miliknya, seperti Gmail, GDrive, Google Music, dan tentu saja yang paling fenomenal… Android! OS buatan Google yang sempat memicu perang berkepanjangan dengan Apple (karena banyak UI-nya yang menjiplak iOS) tersebut diberikan secara gratis oleh Google kepada OEM (Original Equipment Manufacturer – Pabrikan pengolah hardware) dengan persyaratan tertentu seperti wajib menyertakan aplikasi dari Google di dalamnya, dan beberapa persyaratan lain yang relatif ringan.
Sebaliknya, Microsoft memiliki lebih dari 300 paten yang terdapat dalam koding OS Android. Jika penasaran, kamu dapat mengunduhnya dari sini. Karena itu terintegrasi dengan OS Android, maka Microsoft justru dengan santai menagih biaya penggunaan paten tersebut ke perusahaan yang membuat perangkat Android. Samsung sendiri saja sudah menanggung beban biaya lebih dari USD 1 milyar – belum lagi pabrikan Android lainnya. Ini tentu saja ironis bagi Google karena mereka yang menulis OS tersebut malah tidak memiliki hak untuk menagih “ongkos pakai” atau “uang lelah” kepada manufaktur smartphone Android.
#2. Negosiasi Microsoft dengan OEM untuk Mengurangi Tagihan Guna Paten: Pra-Install Aplikasi Microsoft di Android
Sambungan dari poin pertama tadi, dengan hak tagihan paten milik Microsoft yang sangat besar, tentu saja OEM ingin mengurangi biaya yang masuk ke kantong Microsoft. Tentu saja ini menjadikan Microsoft dapat “memainkan kartu”-nya secara leluasa. Microsoft melakukan kesepakatan dengan pabrikan smartphone Android untuk melakukan pra-install aplikasi Microsoft di produk mereka. Ini tentu saja akan meningkatkan traffic produk Microsoft, bahkan dari perangkat Android. Penggunaan produk Microsoft di Android sendiri akan menggerogoti potensi pendapatan Google dari aplikasi miliknya yang seharusnya digunakan di Android.
Google tidak dapat mencegahnya karena ini adalah perjanjian dua arah antara Microsoft dengan OEM (terkait penggunaan paten), sementara Google yang memiliki kesepakatan hanya terkait OS Android, seperti yang sudah diuraikan di atas, menggratiskan OS tersebut sehingga tidak memiliki hak menekan OEM.
Google pernah mencoba menekan Samsung yang merupakan produsen smartphone Android tersukses di dunia, dan dijawab Samsung dengan mengembangkan OS baru, yaitu Tizen – Menunjukkan bahwa Samsung siap untuk membuang Android jika diganggu bisnisnya oleh Google.
#3. Aplikasi Microsoft ada Dimana-mana dan “Dibutuhkan” Pengguna Android Sekalipun!
Software dan aplikasi milik Microsoft sudah biasa digunakan oleh banyak orang, sehingga mau tidak mau semua orang selalu mencari produk Microsoft ini. Yang paling utama adalah Microsoft Office. Meskipun tidak “mencintai” produk Microsoft yang satu ini, banyak orang menggunakan karena “membutuhkan”-nya. Lalu bagaimana ini mempengaruhi Google? Dengan menggunakan Microsoft Office di Android saja, berarti sudah mengurangi potensi penggunaan aplikasi Google Docs yang terinteraksi di Google Drive. Belum lagi jika pengguna Android memakai Bing, maka ini berarti potensi pendapatan Google lewat iklan berkurang. Lucunya pengurangan ini justru terjadi di wilayah yang sangat dikuasai Google, yaitu Android.
Dengan memiliki aplikasi yang berada di mana saja, Microsoft secara langsung “memakan” potensi keuntungan milik Google. Tentu saja Google membenci hal ini.
#4. Rencana Google Memasuki Pasar PC Hancur Lebur Karena Microsoft
Mungkin kamu tidak ingat, tapi pada awal diluncurkan, Google Docs sangat revolusioner. Kamu dapat mengerjakan file dokumen apa saja secara online, dan dapat langsung dikirim menggunakan Gmail atau disimpan di Google Drive. Namun Microsoft menjawab dengan meluncurkan Office 365. Karena Microsoft Office hingga saat ini memang aplikasi pengolah kata dan data terbaik, tentu saja orang seketika berpaling ke Office 365. Dengan produk Microsoft ini, kita dapat merasakan pengalaman menggunakan Microsoft Word, Excel, PowerPoint dan lain-lain secara online, bahkan terinteraksi langsung dengan OneDrive (yang bersaing dengan Google Drive). Google Docs pun kolaps karena langkah Microsoft ini!
Salah satu kegagalan Google lainnya (yang diakibatkan Microsoft), adalah Chromebook. Pada tahun 2011, Google meluncurkan laptop murah dengan OS Chrome yang terhubung secara online dengan cepat dan ringan. Pada awalnya public antusias akan langkah Google ini. Namun tahun 2012, Microsoft membanjiri pasar dengan laptop Windows 8 dengan harga terjangkau. Bukan saja laptop, ini adalah awal era hybrid – laptop yang dapat berfungsi sebagai tablet. Selain harganya terjangkau, perangkat Windows 8 ini lebih reliable karena kamu tidak perlu mengandalkan koneksi internet (seperti Chromebooks) bila ingin menggunakan perangkat ini. Google pun gigit jari karenanya.
#5. Microsoft Mengganggu Perkembangan Aplikasi Android dengan Banyak Cara
Aplikasi milik Android memang adalah yang terbanyak di dunia. Namun Microsoft tidak berhentinya mengganggu perkembangan aplikasi milik Android ini. Seperti misalnya membeli startup developer aplikasi Android jempolan (Wunderlist adalah yang terkini diakuisisi), atau memudahkan developer membuat aplikasi untuk Windows 10 dengan project Astoria dan project Islandwoods.
#6. Teknologi Google Balloons kalah oleh White Space Milik Microsoft
Pada tahun 2014, Google meluncurkan Project Loon, sebuah upaya menyediakan akses internet ke wilayah terpencil. Proyek ini menggunakan balon yang ditempatkan di stratosfer, pada ketinggian sekitar 20km untuk menciptakan jaringan nirkabel dengan kecepatan 3G, sehingga dapat memancarkan sinyal Wi-Fi untuk dimanfaatkan area sekitarnya. Proyek ini telah dirintis sejak 2008, dan tujuan Google tentu saja akses lebih luas untuk mesin pencarinya.
Namun ini berbenturan dengan proyek yang dirintis oleh Microsoft, yang mana juga menyediakan akses internet untuk daerah terpencil, utamanya Afrika. Proyek White Space ini memanfaatkan frekuensi televisi tak terpakai antara 54 MHz dan 698 MHz yang nantinya dimanfaatkan untuk sinyal jaringan pendek. Microsoft bahkan memiliki izin resmi dengan beberapa pemerintahan dalam proyek White Space ini, seperti AS, Inggris, Kanada, Kenya, dan Namibia.
Fakta menunjukkan bahwa akses Internet dengan teknologi White Space lebih baik dibandingkan dengan Project Loon. Meskipun Google masih berupaya memperbaiki proyeknya, namun untuk sementara mereka tertinggal jauh dalam hal ini.
#7. Microsoft Memiliki Kontrol akan OS dan Produknya, Bahkan Kontrol terhadap Produsen Android
Tidak mengherankan bila Microsoft memiliki kontrol penuh akan OS Windows Phone dan produk-produk lainnya, namun di luar itu, Microsoft bahkan memiliki kontrol terhadap OEM produsen Android, karena paten yang digunakan Android. Ini tentu saja membuat berang Google yang karena menjadikan Android sebagai open source, akhirnya hanya memiliki kontrol minimal terhadap produknya tersebut – Terutama Android yang sudah dimodifikasi (forked Android). Ini berimbas terhadap produk Google yang lain seperti misalnya Google TV. Karena tidak adanya kontrol terhadap OEM, maka Samsung dengan bebas mengembangkan Tizen yang dasarnya adalah dari Android, kemudian LG dengan bebas menolak opsi terkoneksi ke Google TV dan menggunakan aplikasi TV mereka sendiri untuk perangkat produk LG.
Sistem Open Source Android ini juga menjadikan Google tak berdaya ketika banyak aplikasi dibajak sehingga orang dengan bebas mengunduh aplikasi Android (yang harusnya berbayar) dengan gratis dalam bentuk .apk. Ini tidak terjadi pada Microsoft yang tidak bisa ‘dipintas’ sistem pembayarannya.
#8. Google Drive Disalip Produk-Produk Cloud Microsoft dengan Cepat
Google Drive merupakan salah satu sistem cloud pelopor dalam dunia internet. Namun apa yang terjadi ketika Microsoft memproduksi OneDrive dan Azure? Mungkin dari segi traffic dan jumlah pemakai, Google Drive lebih unggul, terutama karena produk gratisnya. Namun di segmen Enterprise, Google Drive tidak mendatangkan keuntungan signifikan. Citra Google sebagai perusahaan yang suka melacak penggunanya untuk kepentingan iklan turut mempengaruhi hal ini. Sementara itu, Azure yang baru saja diluncurkan tahun 2014 kemarin, telah menghasilkan keuntungan sebesar USD 6 milyar di segmen Enterprise. Sedangkan untuk OneDrive yang bersifat umum, tercatat banyak pengguna Android yang memanfaatkan penyimpanan cloud Microsoft ini alih-alih menggunakan Google Drive.
#9. Android Mendominasi Dunia, Tapi Bukan Perangkat Google
Mungkin fanboy Microsoft merasa prihatin menyaksikan penjualan perangkat Windows Phone yang seret dibandingkan Android, namun banyak yang lupa bahwa perangkat yang terjual itu bukanlah milik Google. Sebagaimana diketahui, Samsung mendominasi pasar perangkat Android dunia disusul oleh Lenovo (plus Motorola yang merupakan milik Lenovo). Produk yang benar-benar milik Google adalah Nexus dan penjualan perangkat ini tidak signifikan.
Namun praktisi pasar seringkali menghitung penjualan perangkat Windows Phone dipersaingkan dengan iPhone dan perangkat Android lain, bukan dengan perangkat milik Google.
#10. Microsoft Menciptakan Ancaman untuk Pendapatan Iklan Google
Penerimaan dan keuntungan Google datang dari App Store dan Search, secara spesifik berasal dari iklan. Bahkan 90% pendapatan Google adalah dari iklan. Dengan adanya produk Microsoft di banyak perangkat Android, bahkan upaya Microsoft untuk menyatukan OS dalam Windows 10, tentu saja ini merupakan ancaman langsung terhadap pendapatan iklan Google.
Satu contoh sederhana saja, ketika seseorang dengan perangkat Android mengakses Cortana, maka secara otomatis mesin pencari Bing terakses, dan ini berarti mengurangi potensi pendapatan Google dari iklan. Jelas bahwa Microsoft menjadi penantang terbesar dalam penghasilan iklan milik Google.
Dari paparan tersebut, dapat diketahui bahwa intinya Microsoft merupakan ancaman langsung terhadap bisnis Google di segala lini, sekaligus juga ‘penggerogot’ keuntungan yang semestinya menjadi milik Google (dengan hak paten serta aplikasi Microsoft di Android). Ini menjadikan tindakan Google menghambat Microsoft dengan tidak mendukung produk Google di Windows dan Windows Phone merupakan langkah relevan untuk menyelamatkan bisnisnya sendiri. Jika Google tidak melakukan ini, kemungkinan profit mereka akan semakin ‘tertelan’ oleh Microsoft sendiri.
3 komentar
wahhhh google telah banyak menginspirasi orang... harus dibantu nih... yuk bantu google...!!!
google, segera cari jalan mempertahankan dirimu.. aku akan segera menggunakan nexus. saran saya iklan yang mengganggu seperti MMM yang menghambat orang harap dihilangkan, karena masalah anda ada pada strategi produk, jgn fokus hanya pada iklan.. produk anda yang digunakan banyak orang ada banyak kok. semangat!!!
EmoticonEmoticon